 |
Budaya Suku Melayu |
Melayu atau suku
Melayu dalam pengertian mutakhir merujuk kepada penutur bahasa Melayu
dan mengamalkan adat budaya orang Melayu, walau sudah mengalami
akulturasi dengan bangsa asing lainnya yang datang dari luar Kepulauan
Indo Melayu (Nusantara), terutama pengaruh agama Islam yang kuat. Suku
Melayu merupakan bagian dari suku-suku ras Deutero Melayu. Suku Melayu
modern merupakan keturunan orang Melayu kuno dari Kerajaan Melayu.
Menurut sensus tahun 2000, suku Melayu meliputi 3,4% dari populasi
Indonesia dan mendiami beberapa propinsi di Sumatera dan Kalimantan
Barat. Suku Melayu juga terdapat di Malaysia, Singapura, Brunei,
Thailand dan Afrika Selatan. Melayu Cape Town di Afrika Selatan
merupakan keturunan suku Melayu dan sejumlah suku lainnya yang berasal
dari Nusantara seperti Makassar, Banten, Ternate dan lain-lain. Jadi
Melayu Cape Town merupakan kumpulan beberapa etnis yang kebetulan
semuanya muslim lebih tepat disebut ras Indo-Melayu atau disederhanakan
dengan sebutan ras Melayu.
Istilah Melayu
atau Malayu berasal dari Kerajaan Malayu, sebuah kerajaan Hindu-Budha
pada abad ke-7 di hulu sungai Batanghari, Jambi di pulau Sumatera, jadi
secara geografis semula hanya mengacu kepada wilayah kerajaan tersebut
yang merupakan sebagian dari wilayah pulau Sumatera. Dalam
perkembangannya pemakaian istilah Melayu mencakup wilayah geografis yang
lebih luas dari wilayah Kerajaan Malayu tersebut, mencakup
negeri-negeri di pulau Sumatera sehingga pulau tersebut disebut juga
Bumi Melayu seperti disebutkan dalam Kakawin Nagarakretagama. Ibukota
Kerajaan Melayu semakin mundur ke pedalaman karena serangan Sriwijaya
dan masyarakatnya diaspora keluar Bumi Melayu, belakangan masyarakat
pendukungnya yang mundur ke pedalaman berasimilasi ke dalam masyarakat
Minangkabau menjadi klan Malayu (suku Melayu Minangkabau) yang merupakan
salah satu marga di Sumatera Barat. Sriwijaya berpengaruh luas hingga
ke Filipina membawa penyebaran Bahasa Melayu semakin meluas, tampak
dalam prasasti Keping Tembaga Laguna. Bahasa Melayu kuno yang berkembang
di Bumi Melayu tersebut berlogat "o" seperti Melayu Jambi, Minangkabau,
Kerinci, Palembang dan Bengkulu. Semenanjung Malaka dalam
Nagarakretagama disebut Hujung Medini artinya Semenanjung Medini.
Dalam perkembangannya orang Melayu migrasi ke Semenanjung
Malaysia (= Hujung Medini) dan lebih banyak lagi pada masa perkembangan
kerajaan-kerajaan Islam yang pusat mandalanya adalah Kesultanan Malaka,
istilah Melayu bergeser kepada Semenanjung Malaka (= Semenanjung
Malaysia) yang akhirnya disebut Semenanjung Melayu atau Tanah Melayu.
Tetapi nayatalah bahwa istilah Melayu itui berasal dari Indonesia.
Bahasa Melayu yang berkembang di sekitar daerah Semenanjung Malaka
berlogat "e". Kesultanan Malaka dimusnahkan oleh Portugis tahun 1512
sehingga penduduknya diaspora sampai ke kawasan timur kepulauan
Nusantara. Bahasa Melayu Purba sendiri diduga berasal dari pulau
Kalimantan, jadi diduga pemakai bahasa Melayu ini bukan penduduk asli
Sumatera tetapi dari pulau Kalimantan. Suku Dayak yang diduga memiliki
hubungan dengan suku Melayu kuno di Sumatera misalnya Dayak Salako,
Dayak Kanayatn (Kendayan), dan Dayak Iban yang semuanya berlogat "a"
seperti bahasa Melayu Baku. Penduduk asli Sumatera sebelumnya kedatangan
pemakai bahasa Melayu tersebut adalah nenek moyang suku Nias dan suku
Mentawai. Dalam perkembangannya istilah Melayu kemudian mengalami
perluasan makna, sehingga muncul istilah Kepulauan Melayu untuk
menamakan kepulauan Nusantara. Secara persfektif historis juga dipakai
sebagai nama bangsa yang menjadi nenek moyang penduduk kepulauan
Nusantara, yang dikenal sebagai rumpun Indo-Melayu terdiri Proto Melayu
(Melayu Tua/Melayu Polinesia) dan Deutero Melayu (Melayu Muda). Setelah
mengalami kurun masa yang panjang sampai dengan kedatangan dan
perkembangannya agama Islam, suku Melayu sebagai etnik mengalami
penyempitan makna menjadi sebuah etnoreligius (Muslim) yang sebenarnya
didalamnya juga telah mengalami amalgamasi dari beberapa unsur etnis.
M. Muhar Omtatok, seorang Seniman, Budayawan dan Sejarahwan menjelaskan
sebagai berikut: "Melayu secara puak (etnis, suku), bukan dilihat dari
faktor genekologi seperti kebanyakan puak-puak lain. Di Malaysia, tetap
mengaku berpuak Melayu walau moyang mereka berpuak Jawa, Mandailing,
Bugis, Keling dan lainnya. Beberapa tempat di Sumatera Utara, ada
beberapa Komunitas keturunan Batak yang mengaku Orang Kampong - Puak
Melayu. Ini semua karena diikat oleh kesamaan agama yaitu Islam, Bahasa
dan Adat Resam Melayu. Orang Melayu memegang filsafat: Berturai,
Bergagan, Bersyahadat".
Selanjutnya M. Muhar
Omtatok menjabarkan, Berturai bermakna mempunyai sopan santun baik
bahasa dan perbuatan dan memegang teguh adat resam, menghargai orang
yang datang,serta menerima pembaharuan tamaddun yang senonoh. Bergagan
bermakna keberanian dan kesanggupan menghadapi tantangan, harga diri dan
kepiawaian. Bersahadat bermakna Orang Melayu disebut Melayu jika sudah
mengucap kalimat syahadat, yaitu mengakui Allah sebagai Tuhan dan
Muhammad sebagai Rasul panutan. Anak Melayu lebih dahulu diperkenalkan
mengaji al Qur’an, baru mengenal ilmu pengetahuan yang lain. M. Muhar
Omtatok yang bermukim di Kota Medan Pulau Sumatera ini, menambahkan;
Kata “Laailaha Illallah Muhammadarosulullah” sebagai gerbang keislaman,
selalu dipakai Orang Melayu dalam berbagai amalan, karena melayu percaya
bahwa semua amalan akan tidak tertolak dalam pemahaman Islam jika
mengucap Laailaha Illallah Muhammadarosulullah. Makanya jika seorang
anak berkelakuan menyimpang dari kaedah yang diatur, maka ia disebut,
“Macam anak siarahan, Macam anak tak disyahadatkan”. Jadi Melayu adalah:
“Beragama Islam, beradat resam Melayu dan Berbahasa Melayu”. Karena
ikatan Islam itulah, Orang melayu yang masih berpegang pada konsep
tradisi namun akan takut jika tidak disebut Islam.
A. Rumpun Melayu
Rumpun
Melayu merupakan pengelompokan suku bangsa Melayu dan sejumlah suku
bangsa lainnya yang memiliki kedekatan bahasa, budaya, sejarah dan hukum
adat yang terhimpun dalam Lingkungan Hukum Adat Melayu meliputi wilayah
Semenanjung Melayu, sebagian Sumatera, sebagian Kalimantan dan Jakarta.
Rumpun Melayu merupakan sebagian dari bangsa Indo-Melayu (ras Melayu).
Suku-suku bangsa rumpun Melayu menggunakan bahasa Melayu Lokal. Rumpun
Melayu ada yang tinggal di pedalaman merupakan suku-suku bangsa yang
sedang berkembang seperti suku Talang Mamak (Melayu Petalangan), suku
Sakai dan lain-lain. Tetapi pada umumnya rumpun Melayu tinggal dekat
dengan wilayah pesisir sehingga dengan mudah bahasa Melayu tersebar luas
melalui jalur perdagangan laut. Sejak masa sebelum kedatangan agama
Islam, dari tanah asalnya orang Melayu (disebut Melayu Hindu) bermigrasi
ke daerah lainnya dengan mendirikan Kampung Melayu (Benua Melayu) di
tanah rantau, bahkan bahasanya menjadi bahasa lingua franca bagi
berbagai suku bangsa. Sejak tumbuhnya agama Islam, agama tersebut
menjadi pengikat yang kuat bagi suku Melayu dan mengikat suku lainnya
luluh ke dalam identitas Melayu sebagai etnoreligius dengan prasyarat
beragama Muslim sehingga didapatkan suku Melayu Deli yang juga bercampur
darah dengan suku Karo, atau di Kalimantan dengan suku Dayak. Di lain
pihak dengan pengikat bahasa Melayu (bahasa Melayu Lokal) berbagai suku
bangsa yang umumnya orang Muslim luluh ke dalam identitas baru menjadi
berbagai suku baru seperti suku Melayu Betawi, suku Banjar dan
lain-lain. Berbagai suku bangsa inilah yang membentuk rumpun Melayu.
Di Kalimantan yang merupakan tanah asal bahasa Melayu Purba, yang
disebut Orang Melayu dalam arti sempit hanya mengacu kepada orang
Melayu Pontianak (muncul 1771) yang bertutur mirip bahasa Melayu Riau
dan disebut suku Melayu, tetapi dalam arti luas (rumpun Melayu) mencakup
beberapa suku beragama Islam seperti Senganan/Haloq (Dayak masuk
Islam), suku Sambas, suku Kedayan (suku Brunei), suku Banjar, suku Kutai
dan suku Berau. Di Kalimantan Selatan, suku Dayak (non muslim) yang
memiliki unsur bahasa Melayu adalah suku Bukit (Dayak Meratus) yang
bahasanya termasuk bahasa Melayu Lokal sehingga disebut juga sebagai
bahasa Melayu Bukit. Diperkirakan beberapa suku bangsa yang memiliki
unsur-unsur bahasa Melayu tersebut tergolong ke dalam kelompok bahasa
Proto Melayu (Proto suku Melayu). Di perbatasan Kalimantan Barat dengan
Sarawak terdapat pula suku-suku Dayak yang bahasanya digolongkan Dayak
Melayik yaitu Dayak Kanayatn, Dayak Salako (keduanya rumpun Dayak Darat)
dan juga rumpun Iban yang tergolong kelompok bahasa Proto Malayic yang
tidak terpengaruh bahasa Sanskerta, Arab dan sebagainya, dan merupakan
induk dari kelompok bahasa Proto Melayu. Di dalam kelompok bahasa Proto
Melayu terdapat orang Melayu Kuno yang menurunkan suku bangsa Melayu
modern. Kemungkinan di Kalimantan telah terdapat beberapa lapisan
kemunculan masyarakat pengguna bahasa Melayu, yaitu Melayu Purba (Dayak
Melayu), Melayu Hindu, dan terakhir Melayu Islam.
Suku Melayu (muslim) di Indonesia menurut sensus tahun 2000 terdiri atas :
o Melayu Tamian
o Melayu Palembang
o Melayu Deli
o Melayu Riau
o Melayu Jambi
o Melayu Bengkulu
o Melayu Pontianak
Suku bangsa serumpun di Sumatera :
o Suku Minangkabau (muslim)
o Suku Kerinci (muslim)
o Suku Talang Mamak (non muslim)
o Suku Sakai (non muslim)
o Orang Laut/loncong
o Suku Rejang (muslim)
o Suku Serawai (muslim)
o Suku Pasemah (muslim)
Suku bangsa serumpun di Kalimantan (Rumpun Banjar) :
o Suku Sambas (muslim)
o Senganan/Haloq (Dayak masuk Islam)
o Suku Kedayan (muslim) dan Melayu Brunei (muslim)
o Suku Banjar (muslim)
o Suku Kutai (muslim)
o Suku Berau (muslim)
o Suku Bukit (non muslim)
Suku bangsa serumpun di pulau Jawa :
o Suku Betawi (muslim)
B. Ras Indo-Melayu (Melayu Polinesia)
Rumpun Melayu dan sejumlah rumpun suku bangsa lainnya di
Kepulauan Indo-Melayu dan sekitarnya merupakan ras Indo-Melayu atau ras
Indo Melayu Jawa biasa disingkat ras Melayu. Ras Indo-Melayu merupakan
sebagian dari bangsa Austronesia yang berasal Yunnan. Kelompok pertama
dikenal sebagai rumpun ras Proto Melayu. Mereka berpindah ke Asia
Tenggara pada Zaman Batu Baru (2500 SM). Keturunannya adalah Orang Asli
di Semenanjung Malaysia, Dayak di Sarawak, Batak dan Komering di
Sumatera. Kelompok kedua dikenal sebagai ras Melayu Deutero. Mereka
berpindah ke Asia Tenggara pada Zaman Logam kira-kira 1500 SM. Ras
Melayu Muda (Deutero Melayu) lebih pandai dan dan mahir daripada ras
Melayu Tua (Proto Melayu), khususnya dalam bidang astronomi, pelayaran
dan bercocok tanam.
Jumlah mereka lebih
banyak daripada ras Proto Melayu. Mereka menghuni kawasan pantai dan
lembah di Asia Tenggara. Kedua kelompok ini dikenal sebagai bangsa
Austronesia. Kedatangan bangsa Austonesia ke wilayah ini mendesak
penghuni terdahulu yaitu bangsa Negrito, bangsa Wedda (Dravida) dan
bangsa Papua-Melanesia (Austrolomelanesoid) baik dengan pembasmian
maupun dengan asimilasi. Orang Arab menyebut Kepulauan Indo-Melayu
dengan sebutan Jawi (artinya Jawa) dan bangsa-bangsa lainnya ada pula
yang menamakan seluruh kepulauan Nusantara ini dengan Jawa. Javanishu
sebutan ras Indo-Melayu di Srilangka, tentunya tidak hanya terdiri atas
suku Jawa. Demikan pula Jawa Suriname juga mencakup suku Sunda dan
Tapanuli.
C. Melayu Malaysia
Melayu Malaysia yang disebut Kaum Melayu adalah masyarakat Melayu
berintikan orang Melayu asli Tanah Semenanjung (Melayu Anak Jati)
ditambah suku-suku dari ras Indo-Melayu pendatang dari Indonesia dan
tempat lainnya yang disebut Melayu Anak Dagang seperti suku Jawa, suku
Minang, suku Riau (di Indonesia disebut Melayu Riau), suku Mandailing,
suku Aceh, suku Bugis, suku Bawean, suku Banjar, suku Champa dan
lain-lain. Semua diikat oleh agama Islam dan budaya Melayu Malaysia,
sehingga ras lain yang beragama Islam juga dikategorikan Kaum Melayu
seperti Tionghoa Muslim, India Muslim dan Arab. Sehingga Melayu juga
berarti etnoreligius yang merupakan komunitas umat Islam Malaysia yang
ada di Kerajaan Islam tersebut, karena jika ada konsep Sultan (umara)
berarti juga ada ummat yang dilindunginya.
Namun, etnis Melayu di Malaysia yang tidak terikat dengan Perlembagaan
Malaysia secara umumnya terbagi kepada tiga suku etnis terbesar, yaitu
Melayu Johor, Melayu Kelantan dan Melayu Kedah di Semenanjung Malaysia.
Melayu Johor sebagai suku etnis terbesar, banyak terdapat di sekitar
ibukota Malaysia, Kuala Lumpur dan negeri Johor itu sendiri. Selain itu,
masyarakat Melayu yang tinggal di negeri Terengganu, Pahang, Selangor,
Malaka dan Perak juga bisa digolongkan sebagai Melayu Johor walaupun
mereka bertutur dalam dialek yang agak berbeda berbanding bahasa Melayu
baku kelainan-a (Melayu Johor).
Manakala,
di Malaysia Timur pula, wujud juga komunitas Melayu Sarawak dan Melayu
Brunei yang mempunyai dialek yang berbeda dengan Melayu Semenanjung.
Suku Melayu Sarawak biasanya terdapat di Negeri Sarawak, manakala suku
Melayu Brunei biasanya menetap di bagian utara Sarawak dan Pantai Barat
Sabah yang berjiran dengan negara Brunei Darussalam.